Bekasi – Di tengah gempuran informasi, tekanan sosial, dan perubahan gaya hidup yang kian cepat, kemampuan untuk beradaptasi dan berkomunikasi secara aktif adalah pondasi agar kita bisa tetap relevan, terhubung, dan tangguh secara sosial. Kemudian bersikap aktif dalam komunikasi interpersonal bukanlah soal “pilihan”, melainkan keharusan.
Lalu, apa sebenarnya komunikasi interpersonal? Bagaimana cara kita menyesuaikan diri agar tetap “nyambung” dan tangguh, tanpa kehilangan diri?
Apa itu Komunikasi Interpersonal dan Penyesuaian Diri?
Para ahli psikologi mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih yang berlangsung secara tatap muka atau menggunakan media dan pesan disampaikan dan diterima secara simultan dan spontan.
Definisi lain menjelaskan bahwa penyesuaian diri terjadi setiap individu dihadapkan pada kondisi-kondisi lingkungan baru yang membutuhkan suatu respon.
Secara sederhana, komunikasi interpersonal adalah interaksi dua arah yang membangun hubungan—apakah lewat ucapan, bahasa tubuh, atau era digital. Ketika kita beradaptasi (penyesuaian diri), kita menyesuaikan cara berkomunikasi agar sesuai dengan situasi, konteks, dan siapa lawan bicaranya. Proses ini, menurut peneliti, memainkan peran besar dalam memperkuat koneksi dan kesejahteraan sosial.
Saya berasama teman-teman telah melakukan penelitian pada tahun 2021 menunjukkan bahwa di kalangan mahasiswa strategi komunikasi interpersonal berdampak nyata pada penyesuaian diri mereka.
Mahasiswa yang mampu mengadaptasi cara bicara—dengan menyesuaikan gaya, nada, dan bahasa tubuh—menunjukkan tingkat penyesuaian diri yang lebih tinggi.
Ini bukan sekadar soal public speaking: melainkan kemampuan menyimak, menanyakan, dan merespon dengan tepat.
Contoh Nyata dalam Kehidupan Sehari-hari
Seorang mahasiswa baru di Jakarta merantau dari Papua menghadapi culture shock dan tekanan sosial besar ketika memasuki lingkungan kampus. Dengan membiasakan diri mengobrol ringan dengan teman sekelas, meniru gaya bahasa lokal, dan terbuka ketika mendapat kesempatan bicara, ia perlahan membentuk kelompok sosial dan merasa lebih diterima. Komunikasi yang aktif dan adaptif ini akhirnya mempercepat proses penyesuaiannya di lingkungan baru.
Kunci bertahan hidup dalam era sosial yang kompleks bukan hanya soal seberapa banyak koneksi yang kita punya, tetapi seberapa baik kita menjalin koneksi tersebut.
Komunikasi interpersonal yang adaptif dan aktif adalah resep penting untuk mencerdaskan hubungan, menguatkan mental, dan menghadapi perubahan dengan lebih tangguh. Komunikasi interpersonal tidak sekadar soal ‘bicara’.
Dalam era sosial yang kompleks, adaptasi (melalui teori komunikasi) dan keaktifan (melalui interaksi sadar dan emosional) membentuk jembatan menuju penyesuaian diri yang lebih baik. Semakin kita mampu menyesuaikan diri dengan konteks dan audiens yang berbeda—tanpa kehilangan identitas—semakin kuat pula pondasi kehidupan sosial kita.